Senin, 29 April 2019

Pentingnya Mengenal Kebudayaan Jawa Bagi Mahasiswa di Yogyakarta

| Senin, 29 April 2019


Berbicara tentang kebudayaan Jawa, banyak kebudayaan Jawa yang dapat memikat hati antara lain : Filosofis Hidup, orang Jawa pada dasarnya memiliki banyak sekali filsafat hidup yang dijadikan sebagai pedoman bermasyarakat. Namun terdapat tujuh filosofis dasar yang menggambarkan perilaku budaya suku Jawa, yaitu Urip iku urup, ( hidup itu menyala ) yang maknanya adalah bahwa setiap hidup sebagai manusia haruslah memiliki manfaat bagi orang lain, Ojo keminter nebgko keblinger yang maknanya adalah hidup haruslah rendah hati, Ojo ketungkul marang jenenge kalenggahan kadunyan lan kemareman yang maknanya jangan terlalu mengutamakan pangkat dan harta, Wong jowo kuwi gampang ditekak-tekuk yang maknanya bahwa orang Jawa kebanyakan mudah untuk beradaptasi dengan berbagai situasi lingkungan, Memayu hayuning ing bawana yang maknanya hidup harus mengutamakan berbuat baik, Mangan ora mangan sing penting kumpul yang maknanya kebersamaan harus diutamakan dan yang terakhir adalah Nrimo ing pandum yang artinya menerima pemberian dari yang kuasa.

Ada pula ajaran Kejawen, yang bagi masyarakat Jawa sudah hampir menjadi seperti agama tersendiri. Ajaran Kejawen pada dasarnya merupakan gabungan dari seni, budaya, adat ritual, sikap sosial, serta berbagai pandangan filosofi masyarakat Jawa. Bagi masyarakat Jawa yang masih memegang teguh ajaran asli kejawen, panutan ajaran ini menjadi nilai spiritualitas tersendiri. Dan adapula Keris, yaitu senjata tradisional suku Jawa. Keris merupakan senjata pusaka yang diyakini oleh sebagai orang memiliki atau menyimpan kesaktian. Oleh sebab itu Keris disebut juga sebagai “Tosan Aji” (alat yang memiliki kesaktian). Dan masih ada beberapa lagi yang tak bisa Saya sebutkan satu persatu, namun ada satu Kebudayan Jawa yang membuat Saya tertarik dan menyukainya yaitu Wayang Kulit. Wayang sendiri berasal dari kata “Ma Hyang” yang artinya menuju kepada roh spiritual, dewa. Ada juga yang mengartikan wayang adalah istilah bahasa Jawa yang bermakna “bayangan” hal ini disebabkan karena penonton juga bisa menonton wayang dari belakang kelir atau hanya bayangannya saja. Nah hal yang membuat Saya menyukai Wayang Kulit adalah selain merupakan sebuah seni kriya pertunjukkan wayang kulit mampu menggabungkan berbagai macam kesenian seperti seni sastra, seni musik dan seni rupa. Seni sastra dari pupuh yang diucapkan oleh dalang, seni musik dari lantunan berbagai alat musik tradisional dan seni rupa dari visualisasi wayang kulit yang unik dank has budaya Indonesia.

Wayang Kulit biasanya membawakan cerita dari Mahabarata atau Ramayana, yang dimana dalam ceritanya kebanyakan mengajarkan tentang kehidupan dan menariknya dalam perwayangan kita dapat mempelajari budaya sekaligus komunikasi, karena dalam perwayangan terdapat dialog. Perwayangan memiliki kemiripan dengan seni pertunjukan opera namun bedanya dalam perwayangan khususnya Wayang Kulit bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa yang sangat khas. Terdapat bahasa Jawa ngoko dan Jawa Krama yang dimana keduanya saling dikombinasikan oleh dalang untuk memerankan tokoh dalam perwayangan. Dalang juga kerap menyampaikan pesan verbal maupun non verbal dalam dialog nya, yang akan di sampaikan kepada penontonnya, baik pesan moral, kritik sosial, religi maupun pesan pesan kebaikan lainnya. Penggunaan bahasa verbal biasanya paling dominan dilakukan dalang, terutama bahasa Jawa ngoko dan bahasa Jawa krama, namun meski demikian bahasa verbal memang diharuskan karena sudah ada aturan-aturan khusus dalang pagelaran Wayang Kulit agar penonton dapat mengerti apa yang disampaikan oleh sang dalang. Selain bahasa verbal adapun bahasa atau pesan non verbal yang dilakukan oleh dalang, tidak sembarangan bahasa non verbal ini diciptakan karena beberapa bahasa non verbal sudah ada aturan atau pakem yang sudah dibuatkan karena dalam pagelaran Wayang Kulit tidak bisa hanya bahasa verbal yang disampaikan, non verbal pun begitu penting karena disetiap tokoh atau di ceirtanya meskipun tidak hanya gerakan tubuh namun pakaian, setting tempat hingga bunyi bunyian sudah memiliki makna tersendiri dalam pagelaran Wayang Kulit.

Apalagi dalang harus memvisualisasikan Wayang Kulit tersebut dibalik layar, oleh karena itu keduanya harus saling berkesinambungan baik bahasa verbal maupun non verbal agar pesan moral yang dimaksud dapat di cerna oleh para penonton. Berbicara diluar bahasa verbal dan non verbal, Saya sangat menyukai cerita tentang Rama dan Shinta yang dimana itu merupakan cerita yang sangat bagus sekali dan dalam makna nya dan terdapat pembelajaran mengenai komunikasi yang dapat kita pelajari lebih lanjut. Dalam cerita Rama dan Shinta disematkan pesan bahwa perjuangan adalah kunci untuk mengggapai sebuah keinginan seperti Rama yang ingin mememiliki Dewi Shinta yang diceritakan sangat sulit sekali kondisi nya yang membuat Rama harus menciptakan seribu cara untuk mendapatkan sang Dewi Shinta, ini diibaratkan kepada kita bahwa ketika kita menginginkan suatu hal yang mungkin kita pikir itu mustahil namun ketika kita mau berjuang lebih keras lagi maka tidak ada yang mustahil. Dalam cerita tersebut juga mengajarkan kita tentang arti bersabar. Dengan Rama yang mampu bersabar menunggu waktu untuk dapat bersatu dengan Shinta, tak hanya doa dan usaha namun bersabar juga yang membuat sesorang lebih tegar menghadapi situasi keadaan yang amat sulit sekalipun. Wayang Kulit salah satu warisan leluhur yang seharusnya dapat kita lestarikan karena karya seni Wayang Kulit merupakan sebuah anugerah yang sangat luar biasa.

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar